Memahami Sanad Al-Qur'an Riwayat Hafs an Ashim yang Wajib Diketahui Muslim

Memahami Sanad Al-Qur’an Riwayat Hafs an Ashim yang Wajib Diketahui Muslim

Saat kita membuka mushaf Al-Qur’an, baik itu cetakan Indonesia maupun Mushaf Madinah, kita sebenarnya sedang membaca firman Allah melalui satu jalur transmisi spesifik. Mayoritas muslim di seluruh dunia, mungkin termasuk Anda, menggunakan Riwayat Hafs an Ashim. Namun, banyak dari kita yang belum sepenuhnya menyadari apa itu dan mengapa riwayat ini menjadi begitu dominan. Memahami makna Riwayat Hafs an Ashim adalah langkah fundamental untuk mengapresiasi kemurnian dan kesinambungan (sanad) Al-Qur’an yang sampai kepada kita hari ini.

Al-Qur’an diturunkan dengan beragam qira’at (cara baca) yang sah, dan Riwayat Hafs an Ashim adalah salah satu yang paling mutawatir (diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap generasi). Mari kita telusuri lebih dalam tujuh fakta penting mengenai jalur riwayat ini.

Apa Itu Riwayat Hafs an Ashim?

Secara sederhana, “Riwayat Hafs an Ashim” adalah metode atau cara membaca Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Imam Hafs bin Sulaiman, yang beliau terima dari gurunya, Imam Ashim al-Kufi.

Dalam ilmu Qira’at, kita mengenal istilah Imam Qira’at (guru besar) dan Rawi (perawi atau murid). Imam Ashim adalah salah satu dari tujuh Imam Qira’at besar (Qurra’ Sab’ah). Beliau memiliki dua murid utama yang meriwayatkan bacaannya, yaitu Syu’bah dan Hafs. Riwayat yang kita gunakan adalah jalur dari Imam Hafs. Jadi, ini adalah “Bacaan Imam Ashim, melalui transmisi Imam Hafs”. Pentingnya memahami makna Riwayat Hafs an Ashim terletak pada statusnya sebagai salah satu transmisi Al-Qur’an yang paling terjaga dan otentik.

Mengenal Sosok Dua Imam Sentral

Kredibilitas sebuah riwayat sangat bergantung pada integritas para perawinya. Jalur ini disandarkan pada dua tokoh ulama besar di masanya

Imam Ashim al-Kufi (Wafat 127 H)

Beliau adalah seorang Tabi’in (generasi setelah sahabat Nabi). Imam Ashim mempelajari Al-Qur’an dari guru-guru utamanya, seperti Abu Abdirrahman As-Sulami, yang merupakan murid langsung dari Sahabat Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Sanad (rantai transmisi) beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Imam Hafs bin Sulaiman (Wafat 180 H)

Imam Hafs adalah murid sekaligus anak tiri dari Imam Ashim. Beliau dikenal memiliki ingatan yang sangat kuat (dhabit) dan ketelitian luar biasa. Imam Hafs mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an persis seperti yang ia terima dari Imam Ashim, tanpa perubahan sedikit pun. Karena ketelitiannya inilah, riwayatnya dianggap paling akurat dalam merefleksikan bacaan sang guru.

Riwayat dengan Pengguna Terbanyak di Dunia

Fakta mengejutkan adalah sekitar 90% Muslim di seluruh dunia menggunakan Riwayat Hafs an Ashim. Mengapa bisa demikian? Popularitas ini tidak terjadi secara instan.

Penyebaran masif ini didorong oleh beberapa faktor historis. Salah satunya adalah adopsi riwayat ini oleh Kekhalifahan Utsmaniyah (Turki Usmani) sebagai riwayat resmi. Ketika Kesultanan Utsmaniyah mencetak Al-Qur’an secara massal, mereka menggunakan standar Riwayat Hafs. Selanjutnya, ketika Kerajaan Arab Saudi menetapkan pencetakan Mushaf Madinah yang terkenal itu, mereka juga memilih Riwayat Hafs an Ashim sebagai standarnya. Mushaf inilah yang kemudian didistribusikan ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Karakteristik yang Memudahkan Pembaca

Salah satu alasan mengapa riwayat ini mudah diterima adalah karakteristik bacaannya yang dianggap relatif mudah dan lugas bagi orang awam. Dibandingkan dengan riwayat lain, Riwayat Hafs memiliki lebih sedikit variasi bacaan yang kompleks, seperti imala (pembacaan vokal ‘a’ condong ke ‘e’) atau saktah (berhenti sejenak tanpa bernapas) yang minim. Kajian Qira’at menunjukkan bahwa kejelasan artikulasi dalam Riwayat Hafs membuatnya lebih mudah dipelajari oleh mereka yang bahasa ibunya bukan Arab.

Memahami Makna Riwayat Hafs an Ashim Melalui Sanad Emas

Poin terpenting dari riwayat ini adalah sanadnya. Sanad adalah rantai transmisi guru-murid yang bersambung tanpa putus. Dalam konteks Al-Qur’an, sanad adalah bukti otentisitas bahwa bacaan kita hari ini sama persis dengan yang diajarkan Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Sanad Riwayat Hafs an Ashim terlihat seperti ini: Imam Hafs -> Imam Ashim -> As-Sulami -> Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Sahabat lainnya -> Rasulullah SAW -> Malaikat Jibril -> Allah SWT.

Memiliki Ijazah Sanad Riwayat Hafs an Ashim berarti seorang penghafal Al-Qur’an (Hafidz) telah memperdengarkan seluruh hafalannya kepada seorang guru yang bersanad, dan guru tersebut menjamin bacaannya telah sesuai hingga tersambung ke Rasulullah SAW.

BACA JUGA: Mengungkap 7 Keajaiban Bahasa Al-Qur’an yang Sering Tidak Kita Sadari

Jaminan Kemurnian Al-Qur’an

Banyaknya qira’at bukanlah berarti Al-Qur’an memiliki banyak versi. Semua qira’at (termasuk Hafs an Ashim) adalah wahyu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Adanya riwayat ini adalah bukti penjagaan Allah terhadap Al-Qur’an. Ia menjaga setiap detail pelafalan, panjang-pendek, dan cara pengucapan huruf demi huruf, persis seperti aslinya.

Wujudkan Generasi Qur’ani Bersanad di PTQ Syekh Ali Jaber

Memahami sejarah Riwayat Hafs an Ashim memang penting, namun langkah selanjutnya yang lebih mulia adalah memastikan anak-anak kita tidak hanya membaca, tetapi menghafal Al-Qur’an dengan bacaan yang benar dan tersambung sanadnya. Ini bukan sekadar menghafal teks, tetapi mewarisi bacaan otentik dari Rasulullah SAW.

Bagi Anda yang mendambakan putra-putri menjadi seorang Hafidz Qur’an yang mutqin (sempurna hafalannya) dan bersanad, Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) Syekh Ali Jaber hadir sebagai solusi.

Kami mendedikasikan program kami untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya hafal, tetapi juga memahami ilmunya. Berikut adalah keunggulan yang kami tawarkan:

  • Kurikulum Menghafal Al-Qur’an Dalam Setahun Program ini dirancang secara intensif dan terfokus. Dengan disiplin dan bimbingan penuh, santri didorong untuk menuntaskan hafalan 30 Juz dalam target waktu satu tahun, memungkinkan mereka untuk fokus pada penguasaan materi.
  • Metode Otak (Brain Method) Kami tidak menggunakan metode menghafal konvensional. PTQ Syekh Ali Jaber menerapkan “Metode Otak” yang revolusioner. Metode ini mengoptimalkan fungsi otak kanan dan kiri secara seimbang, menggabungkan pemahaman makna ayat dengan kekuatan imajinasi dan repetisi, sehingga hafalan menjadi lebih lekat dan tidak mudah lupa.
  • Hafalan Syarah Matan Tajwid Seorang Hafidz sejati harus paham aturan. Santri tidak hanya menghafal Al-Qur’an, tetapi juga diwajibkan menghafal matan (kitab inti) ilmu tajwid seperti Matan Tuhfatul Athfal dan Al-Jazariyyah, beserta syarah (penjelasan)-nya. Ini memastikan kualitas bacaan mereka berstandar tinggi.
  • Ijazah Al-Qur’an Bersanad ke Rasulullah SAW Inilah puncak pencapaian. Setelah santri menuntaskan hafalan 30 Juz dan teruji kualitasnya, mereka akan mendapatkan Ijazah Sanad Riwayat Hafs an Ashim. Ini adalah lisensi resmi yang menyatakan bahwa hafalan mereka telah diakui dan tersambung silsilah gurunya hingga ke Rasulullah SAW.
  • Kesempatan Pengambilan Sanad di Madinah Bagi santri-santri berprestasi terbaik, PTQ Syekh Ali Jaber membuka peluang emas untuk mengambil sanad lanjutan langsung di kota Nabi, Madinah Al-Munawwarah, belajar dari para Masyaikh pemegang sanad tertinggi di dunia.

Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadikan putra Anda bagian dari penjaga Al-Qur’an. Daftarkan mereka di Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) Syekh Ali Jaber dan wariskan investasi terbaik akhirat.