Banyak orang tua mendambakan anugerah besar memiliki anak seorang Hafidz atau penghafal Al-Qur’an. Gelar ini begitu mulia, menjanjikan mahkota kemuliaan di akhirat kelak. Namun, dalam proses mengejar hafalan 30 juz, sering kali muncul satu pertanyaan krusial yang dianggap remeh: Apakah seorang penghafal Al-Qur’an wajib paham tajwid? Jawabannya adalah, tentu saja wajib, dan ini alasannya mengapa hafalan tanpa tajwid ibarat raga tanpa jiwa.
Menghafal Al-Qur’an adalah proses mulia, tetapi menjaga orisinalitas bacaannya adalah kewajiban yang lebih utama. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa ilmu tajwid adalah fondasi yang tidak bisa ditawar bagi seorang Hafidz.
Memahami Esensi Tajwid Bagi Sang Hafidz
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa fokus utama seorang penghafal Al-Qur’an adalah kuantitas hafalan (ziyadah). Mereka mengejar target khatam 30 juz secepat mungkin. Padahal, Al-Qur’an bukan sekadar teks yang diingat, melainkan wahyu yang harus dibaca dengan cara yang benar.
Ilmu tajwid secara harfiah berarti tahsin atau ‘memperbagus’. Dalam istilah ilmu Al-Qur’an, tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya (makharijul huruf) dengan memberikan hak dan mustahaknya (sifatul huruf).
Analogi sederhananya, menghafal Al-Qur’an ibarat Anda memiliki material mobil mewah yang lengkap. Namun, ilmu tajwid adalah panduan perakitan dan keterampilan mengemudinya. Tanpa tajwid, Anda memiliki ‘hafalan’ itu, tetapi Anda tidak dapat ‘membacanya’ sesuai dengan cara ia diturunkan.
Saat Ditanya Penghafal Al-Qur’an Wajib Paham Tajwid? Tentu Saja, Ini Alasannya
Ketika seorang Hafidz memimpin salat atau mengajarkan Al-Qur’an, ia membawa tanggung jawab besar. Ia bukan sekadar ‘alat pemutar audio’ digital yang menyimpan data 30 juz. Ia adalah representasi dari kemurnian wahyu. Berikut adalah alasan fundamental mengapa tajwid menjadi wajib baginya.
1. Menjaga Kemurnian Makna Wahyu
Alasan paling mendasar adalah untuk menjaga makna (ma’na). Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat presisi. Kesalahan kecil dalam pengucapan—baik itu panjang pendek (mad), penekanan (tasydid), atau penggantian satu huruf—dapat mengubah makna secara fatal.
Seorang penghafal Al-Qur’an yang tidak paham tajwid bisa saja terjatuh dalam kesalahan fatal ini. Contoh sederhana:
- Kata ‘alima (عَلِمَ) berarti ‘mengetahui’.
- Jika huruf ‘Ain (ع) salah diucapkan menjadi Hamzah (ء) sehingga berbunyi ‘alima (أَلِمَ), maknanya berubah menjadi ‘merasa sakit’.
Bayangkan jika kesalahan fatal (Lahn Jali) ini terjadi pada ayat-ayat yang berkaitan dengan akidah atau sifat Allah. Seorang Hafidz yang paham tajwid akan menjadi benteng penjaga kemurnian makna Al-Qur’an.
2. Tajwid adalah Perintah Langsung dari Allah (Sunah)
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid bukanlah inovasi para ulama. Ia adalah perintah langsung dari Allah SWT. Dalam Surah Al-Muzzammil ayat 4, Allah berfirman:
…وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ …Wa rattilil-qur’āna tartīlā Artinya: “…Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil).”
Imam Ali bin Abi Thalib RA menafsirkan tartil sebagai “memperbagus pengucapan huruf (tajwidul huruf) dan mengetahui tempat berhenti (waqaf).” Rasulullah SAW menerima Al-Qur’an dari Malaikat Jibril AS dalam keadaan bertajwid, dan begitu pula beliau mengajarkannya kepada para sahabat. Maka, membaca dengan tajwid adalah sunnah fi’liyyah (perbuatan) dan taqririyyah (ketetapan) Rasulullah SAW.
3. Menghindari ‘Lahn’ (Kesalahan) dalam Membaca
Dalam ilmu tajwid, kesalahan membaca (Lahn) terbagi dua:
- Lahn Jali (Kesalahan Nyata): Kesalahan fatal yang mengubah makna atau kaidah tata bahasa Arab, seperti contoh ‘ain dan hamzah di atas. Hukum melakukannya adalah haram jika disengaja.
- Lahn Khafi (Kesalahan Tersembunyi): Kesalahan yang tidak mengubah makna, tetapi mengurangi kesempurnaan bacaan, seperti kurang sempurna dalam ghunnah (dengung) atau ikhfa.
Seorang penghafal Al-Qur’an wajib terbebas dari Lahn Jali. Ia harus berjuang untuk menyempurnakan bacaannya agar terhindar dari Lahn Khafi. Inilah fungsi utama belajar tajwid.
4. Tajwid adalah Syarat Sahnya Sebuah Sanad
Puncak tertinggi seorang penghafal Al-Qur’an adalah memiliki Sanad—mata rantai periwayatan Al-Qur’an yang bersambung dari gurunya, guru dari gurunya, hingga sampai kepada Rasulullah SAW.
Seorang Hafidz yang tidak fasih tajwidnya tidak akan pernah bisa mendapatkan Ijazah Sanad. Mengapa? Karena proses pengambilan Sanad mengharuskan Talaqqi (belajar langsung) dan Musyafahah (dari mulut ke mulut) dengan seorang guru (Musyafi’) yang akan mengoreksi setiap detail bacaan. Jika bacaan sang murid masih bercacat tajwidnya, guru tersebut tidak akan berani memberikan ijazah, karena itu berarti memutus mata rantai emas yang telah dijaga selama 14 abad.
BACA JUGA: 5 Janji Allah dalam Al-Qur’an yang Menguatkan Hati Saat Sedih, Menggenggam Harapan
Wujudkan Generasi Hafidz Bersanad di PTQ Syekh Ali Jaber
Memahami betapa krusialnya ilmu tajwid sebagai fondasi hafalan, orang tua tidak boleh sembarangan dalam memilih lembaga pendidikan Al-Qur’an untuk putra-putrinya. Hafalan yang cepat harus diimbangi dengan mutqin (kuat) dalam tajwid dan pemahaman ilmunya.
Untuk menjawab kebutuhan ini, Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) Syekh Ali Jaber hadir sebagai solusi komprehensif. Lembaga ini didirikan untuk melanjutkan cita-cita mulia (Alm) Syekh Ali Jaber dalam mencetak generasi Qur’ani yang tidak hanya hafal, tetapi juga berilmu dan bersanad.
PTQ Syekh Ali Jaber menawarkan program unggulan yang dirancang khusus untuk mencetak Hafidz berkualitas:
- Kurikulum Menghafal Al-Qur’an Dalam Setahun
Program ini dirancang intensif agar santri mampu menyelesaikan hafalan 30 juz dalam satu tahun. Namun, kecepatan ini tidak mengorbankan kualitas. - Metode Otak (Brain Method)
Untuk mendukung target satu tahun, PTQ Syekh Ali Jaber menerapkan Metode Otak. Ini adalah pendekatan pembelajaran modern yang mengoptimalkan fungsi otak kanan (imajinasi, kreativitas) dan otak kiri (analisis, logika) dalam menghafal, sehingga hafalan lebih lekat dan prosesnya lebih menyenangkan. - Hafalan Syarah Matan Tajwid
Inilah keunggulan utamanya. Santri tidak hanya diajarkan praktik tajwid, tetapi mereka diwajibkan menghafal Syarah Matan Tajwid (seperti Matan Al-Jazari atau Tuhfatul Athfal). Ini membekali santri dengan ilmu di balik praktik, menjadikan mereka paham filosofi dan kaidah setiap hukum bacaan. - Ijazah Al-Qur’an Bersanad ke Rasulullah SAW
Tujuan akhir dari program ini adalah pencapaian tertinggi seorang Hafidz. Santri yang telah mutqin hafalan dan tajwidnya akan dibimbing untuk mendapatkan Ijazah Sanad yang sah, menyambungkan bacaan mereka langsung kepada Rasulullah SAW. - Kesempatan Pengambilan Sanad di Madinah
Sebagai penyempurna, PTQ Syekh Ali Jaber membuka jaringan dan memfasilitasi santri-santri terbaiknya untuk mendapatkan kesempatan emas mengambil Sanad lanjutan di kota suci Madinah Al-Munawwarah, langsung dari para Masyaikh terkemuka.
Jangan tunda lagi impian Anda memiliki generasi penghafal Al-Qur’an yang hakiki—yang hafalannya kuat, bacaannya bertajwid, dan sanadnya bersambung.
Segera daftarkan putra Anda di Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) Syekh Ali Jaber dan jadilah bagian dari keluarga besar penjaga wahyu Allah SWT.