Mengungkap Adab Paling Penting Saat Belajar 'Talaqqi' untuk Sanad Al-Qur'an

Mengungkap Adab Paling Penting Saat Belajar ‘Talaqqi’ untuk Sanad Al-Qur’an

Mempelajari Al-Qur’an bukan sekadar aktivitas intelektual, melainkan sebuah perjalanan spiritual agung yang menuntut kesiapan jasmani dan rohani. Bagi banyak penuntut ilmu (thalib), puncak dari perjalanan ini adalah meraih ijazah sanad. Sanad merupakan silsilah keilmuan mulia yang membuktikan bahwa bacaan seseorang telah tervalidasi dan tersambung tanpa putus hingga kepada Rasulullah SAW. Metode utama untuk meraih sanad ini adalah melalui proses ‘talaqqi’. Dalam majelis ‘talaqqi’, seorang murid belajar langsung, bertatap muka, dan menyetorkan bacaannya kepada seorang guru (syekh) yang mumpuni. Namun, kecepatan hafalan atau kefasihan lisan bukanlah satu-satunya tolok ukur. Terdapat adab paling penting saat belajar ‘talaqqi’ untuk sanad yang justru seringkali menjadi penentu keberkahan dan keabsahan ilmu yang diterima.

Memahami Makna ‘Talaqqi’ dan Urgensi Sanad

Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami dua konsep inti ini. ‘Talaqqi’ secara bahasa berarti ‘menerima’ atau ‘mengambil’.

Dalam terminologi ilmu Al-Qur’an, ‘talaqqi’ adalah metode musyafahah, yakni belajar dari mulut ke mulut secara langsung. Murid mendengarkan dengan saksama bagaimana syekh melafalkan ayat, kemudian ia menirukannya. Sang syekh akan menyimak dan mengoreksi setiap detail makhraj, sifat huruf, dan hukum tajwid hingga bacaan murid dianggap sempurna dan sesuai dengan riwayat yang diajarkan. Ini adalah metode otentik yang digunakan Jibril AS saat mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Sementara itu, ‘sanad’ adalah mata rantai emas para periwayat. Ia adalah sertifikasi validasi yang menghubungkan seorang murid dengan gurunya, gurunya dengan gurunya lagi, terus bersambung hingga ke para sahabat, dan bermuara pada Rasulullah SAW. Memiliki sanad berarti seseorang telah diakui sebagai bagian dari penjaga kemurnian Al-Qur’an lintas generasi.

Adab Paling Penting Saat Belajar ‘Talaqqi’ untuk Sanad: Fondasi Keberkahan Ilmu

Dalam tradisi keilmuan Islam, adab (etika) selalu didahulukan sebelum ilmu. Para ulama salaf bahkan berkata, “Kami mempelajari adab selama dua puluh tahun, dan mempelajari ilmu selama sepuluh tahun.” Proses ‘talaqqi’ untuk sanad sangat terikat dengan prinsip ini.

Meraih ijazah sanad bukanlah perlombaan adu cepat. Fokus utamanya adalah meraih barakah (keberkahan) dan keridaan dari sang guru. Tanpa rida guru, sanad yang didapat mungkin hanya selembar kertas tanpa ruh. Adab paling penting saat belajar ‘talaqqi’ untuk sanad sesungguhnya berpusat pada dua hal: bagaimana seorang murid memuliakan Al-Qur’an dan bagaimana ia memuliakan gurunya.

1. Mengikhlaskan Niat (Lillahi Ta’ala)

Fondasi dari segala amal adalah niat. Seorang thalib harus memastikan ia belajar ‘talaqqi’ murni untuk mencari keridaan Allah SWT, untuk menjaga firman-Nya, dan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya. Niat yang bengkok, seperti untuk mencari popularitas, pamer kefasihan, atau sekadar mengoleksi sanad demi status sosial, akan menghanguskan keberkahan ilmu tersebut.

2. Memuliakan Guru (Syekh)

Guru adalah wasilah (perantara) sampainya ilmu. Dalam majelis ‘talaqqi’, posisi guru sangat sentral. Memuliakan guru adalah kunci terbukanya pintu ilmu. Ini mencakup:

  • Kepatuhan: Menerima setiap koreksi (tasheh) dengan lapang dada, meskipun koreksi itu terasa sulit atau berulang-ulang pada satu huruf saja.
  • Kesopanan: Tidak memotong pembicaraan guru, tidak meninggikan suara di hadapannya, dan duduk dengan tawadu (rendah hati).
  • Menghormati Waktu: Disiplin hadir tepat waktu dan tidak membatalkan janji ‘talaqqi’ tanpa uzur yang syar’i.

3. Menjaga Kesucian (Thaharah)

Majelis Al-Qur’an adalah majelis yang mulia. Seorang murid wajib menghormati majelis ini dengan hadir dalam keadaan suci (berwudu). Ia juga dianjurkan mengenakan pakaian yang bersih, rapi, sopan, dan memakai wewangian sebagai bentuk penghormatan terhadap kalam Allah.

4. Sabar dan Istikamah

Proses ‘talaqqi’ sanad adalah maraton, bukan lari cepat. Ia menuntut kesabaran ekstra. Murid mungkin akan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memperbaiki satu ayat. Tanpa kesabaran dan istikamah (konsistensi), seorang murid akan mudah putus asa di tengah jalan.

5. Memohon Taufik dengan Doa

Seorang murid harus sadar bahwa kemampuan memahami dan melafalkan Al-Qur’an dengan benar adalah murni taufik dari Allah. Mulailah setiap majelis dengan doa, memohon kemudahan dan pemahaman.

(Rabbi zidnii ‘ilman, warzuqnii fahman) “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya.”

Atau doa yang masyhur diajarkan Nabi kepada Ibnu Abbas:

(Allahumma faqqihnaa fid diin, wa ‘allimnaa at-ta’wiil) “Ya Allah, berikanlah kami pemahaman yang mendalam dalam agama, dan ajarkanlah kami takwil (pemahaman yang tepat).”

BACA JUGA: Hafalan Sudah Kuat? Kenali 7 Tanda-Tanda Hafalan Mulai ‘Mutqin’ (Kuat dan Kokoh)

Membina Generasi Qur’ani Beradab dan Bersanad di PTQ Syekh Ali Jaber

Menanamkan adab mulia bersamaan dengan hafalan Al-Qur’an idealnya dimulai sejak usia dini. Memahami urgensi inilah, Yayasan Syekh Ali Jaber (Alm.) mendedikasikan diri untuk melahirkan generasi penjaga Al-Qur’an melalui Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) Syekh Ali Jaber.

Pesantren ini tidak hanya berfokus pada target hafalan, tetapi berkomitmen membangun fondasi adab, akhlak, dan keilmuan yang kokoh bagi para santrinya. Berikut adalah keunggulan program yang ditawarkan:

Kurikulum Menghafal Al-Qur’an Dalam Setahun

PTQ Syekh Ali Jaber merancang kurikulum intensif yang terstruktur dan teruji. Program ini didesain agar santri dapat fokus menuntaskan hafalan Al-Qur’an 30 juz secara mutqin (kuat dan lancar) dalam target waktu satu tahun, didukung oleh lingkungan yang kondusif dan pembimbing yang kompeten.

Metode Otak

Pesantren ini menerapkan metodologi pembelajaran inovatif yang memanfaatkan pemahaman cara kerja otak. Metode ini, yang sering dikaitkan dengan optimalisasi otak kanan untuk imajinasi dan visualisasi, dirancang untuk membuat proses menghafal menjadi lebih mudah, lebih cepat lekat, dan tidak mudah lupa.

Hafalan Syarah Matan Tajwid

Seorang penghafal Al-Qur’an (hafidz) wajib menguasai ilmu tajwid. Di PTQ Syekh Ali Jaber, santri tidak hanya menghafal Al-Qur’an. Mereka juga diwajibkan menghafal matan (kitab inti) tajwid populer seperti Tuhfatul Athfal atau Muqaddimah Jazariyyah, lengkap dengan syarah (penjelasan)-nya. Ini memastikan bacaan mereka fasih, berstandar, dan dilandasi ilmu yang kuat.

Ijazah Al-Qur’an Bersanad ke Rasulullah SAW

Ini adalah salah satu keunggulan utama. Santri yang telah menuntaskan hafalan 30 juz dan lolos ujian verifikasi bacaan (tasheh) di hadapan penguji bersanad, akan dianugerahi Ijazah Al-Qur’an Bersanad. Ijazah ini adalah bukti otentik bahwa bacaan mereka telah divalidasi dan silsilah ilmunya resmi tersambung hingga kepada Rasulullah SAW.

Kesempatan Pengambilan Sanad di Madinah

Sebagai puncak prestasi dan penghargaan bagi santri-santri terbaik, PTQ Syekh Ali Jaber membuka jaringan dan kesempatan emas. Santri berprestasi akan difasilitasi untuk berangkat ke Kota Suci Madinah Al-Munawwarah guna mengambil sanad lanjutan langsung dari para syekh terkemuka di sana.

Mendidik anak menjadi Ahlul Qur’an adalah investasi akhirat terbaik. Memastikan mereka belajar dengan adab yang benar dan sanad yang jelas adalah penyempurna dari investasi tersebut.

Jangan ragu mendaftarkan putra Anda di Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) Syekh Ali Jaber. Mari kita lahirkan bersama generasi penjaga Al-Qur’an yang berakhlak mulia, berilmu, dan memiliki silsilah keilmuan yang jelas.